Kamis, 26 Juni 2014

Review Pertemuan ke-1

Eka Miratul Khasanah
22212411
SMAK06-5


I. BANK
Bank adalah lembaga yang meyimpan atau menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan, giro, dan deposito dan menyalurkannya kembali ke masyarakat dalam bentuk kredit.
 

Ada beberapa alasan kenapa masyarakat menyimpan uangnya di bank, di antaranya:
1.      Karena tingkat bunga / interest (i). Apabila suku bunga di bank mengalami kenaikkan, maka masyarakat akan cenderung menabung di bank, karena ingin menambah jumlah uang yang dia tabung.
2.      Risk. Karena masyarakat menganggap menabung di bank lebih aman, hal itu berkaitan dengan risiko, jadi masyarakat lebih memilih untuk menaruh uangnya di bank, dengan kata lain risiko tersebut di transfer ke bank.
3.      Investasi. Kecendrungan masyarakat yang memiliki kelebihan uang akan menaruh atau menyimpan uangnya di bank untuk berinvestasi dalam bentuk deposito. Hal tersebut kembali lagi bertujuan untuk menambah kekayaan.

Selain untuk menyimpan dana masyarakat, bank juga berperan dalam menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk kredit. Ada beberapa alasan kenapa masyarakat meminjam uang ke bank, di antaranya:
1.      Investasi. Dalam berinvestasi masyarakat biasanya kekurangan modal sehingga memerlukan tambahan modal, oleh karena itu masyarakat melakukan pinjaman, salah satunya ke bank.
2.      Penambahan kapasitas / mengatur cash flow.
3.      Yang paling penting adalah “kepercayaan”
 

Misalnya:
 
Keterangan:
A adalah sesorang yang memiliki banyak uang. B adalah seseorang yang memerlukan uang untuk berinvestasi. Pada saat transaksi peminjaman tentu saja yang dibutuhkan adalah ketersediaan dana, tapi yang lebih penting adalah adanya kepercayaan, maka timbulah double coincidence. Oleh karena itu agar tidak timbul double coincidence maka masyarakat mempercayakan dana nya kepada bank sebagai perantara pemberi kredit.
Seseorang seperti si “A” yang memiliki banyak uang kecendrungannya akan menggunakan uangnya untuk:
1.      Belanja atau konsumsi
2.      Precautionary (Jaga-jaga)
3.      Investasi
Biasanya masyarakat menggabungkan poin 2 dan poin 3, karena masyarakat melakukan tindakan “Jaga-jaga” dengan cara berinvestasi dengan tujuan menambah kekayaan dan kemakmuran (+ Wealth). Oleh karena itu, si “A” menginginkan i1 (Interest) setinggi mungkin.
Sedangkan seseorang seperti si “B” yang tidak memiliki banyak uang akan cenderung meminjam uang, yang tujuannya untuk berinvestasi agar menaikkan taraf hidupnya. Kebalikan dengan si “A” , si “B” mengingin kan i2 (Interest) sekecil mungkin.
Tetapi apakah pihak bank sebagai perantara pemberi kredit akan memberikan bunga sesuai dengan keinginan si A dan si B? Tentu saja tidak, karena Bank juga merupakan lembaga yang ingin memperoleh keuntungan, oleh karena itu bank melakukan Interest Spread (i2 – i1).
 

Keterangan:
B yang tidak memiliki uang untuk berinvestasi menerbitkan obligasi yang dibeli oleh si A. setelah mendapatkan dana dari hasil penjualan obligasi, maka B membuat perusahaan baru, dan mengajak A untuk bergabung dengan perusahaannya dengan cara membeli saham yang diterbitkan oleh perusahaan si B. Dengan pembelian saham tersebut si A akan mendapatkan dividen. Tapi dividen tersebut tidak setiap tahun diberikan, biasanya perusahaan akan menyimpan dana tersebut sebagai laba ditahan untuk pengembangan perusahaan itu sendiri.
Dividen dapat dihitung dengan cara:
   
Untuk bonus sendiri, ada perbedaan cara pembagiannya:
·         Micro Manage         : Bonus lebih sedikit, dikarenakan bonus tersebut sudah termasuk Variable Cost, misalnya diberikan dalam bentuk paket liburan untuk karyawan, dan biasanya pemilik perusahaan juga memperbesar Retained Earning untuk kemajuan perusahaan dan menambah kekayaan si pemilik.
·         Macro Manage        : Membagikan bonus dengan fair dan biasanya juga menetapkan target, misalnya dewan direksi menetapkan target jika karyawan memperoleh profit sebesar 50 maka ia tidak mendapatkan bonus, tetapi jika mendapatkan lebih dari 50 maka keuntungan tersebut akan dibagi rata.
Kontijensi Theory          : Pemilik ingin perusahaannya survive di masa depan, dan ingin memproleh keuntungan dengan waktu singkat. Tetapi manajemen juga ingin mendapatkan bonus dari hasil kerja. Oleh sebab itu sering kali terjadi konflik antara pemilik dengan manajemen.
 

II. PASAR MODAL
Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek Pasar Modal menyediakan berbagai alternatif bagi para investor selain alternatif investasi lainnya, seperti: menabung di bank, membeli emas, asuransi, tanah dan bangunan, dan sebagainya. Pasar Modal bertindak sebagai penghubung. Pasar Modal bertindak sebagai penghubung antara para investor dengan perusahaan ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen melalui jangka panjang seperti obligasi, saham, dan lainnya. Berlangsungnya fungsi pasar modal (Bruce Lliyd, 1976), adalah meningkatkan dan menghubungkan aliran dana jangka panjang dengan "kriteria pasarnya" secara efisien yang akan menunjang pertumbuhan riil ekonomi secara keseluruhan.
Tingkat bunga yang lebih tinggi dari pada return investasi, maka masyarakat cenderung menaruh uangnya di bank. Misalnya, seperti transaksi jual-beli obligasi dan saham yang dilakukan oleh perusahaan A dan B di pasar modal. Perusahaan A menginginkan i3 > i1, sedangkan perusahaan B menginginkan i3 < i2, jadi i2 > i3 > i1. Tetapi, jika i3 < i1 maka si A kan memilih untuk menaruh uangnya di bank, begitu pun dengan si B, apabila i3 > i2 maka si B juga akan menaruh uangnya di bank.

 

Keterangan:
A membeli saham perusahaan B melalui pasar modal pada tanggal 26 Juni pukul 11:00 seharga Rp10,000 per lembar. Pada pukul 14:00 harga saham tersebut naik menjadi Rp11,000, dan menyebabkan perusahaa A memiliki keuntungan potensial sebesar Rp1,000. Tetapi belum di catat sebagai keuntungan, karena belum terjadi penjualan. Perusahaan A baru mendapat keuntungan real pada saat penjualan dan keuntungan tersebut disebut Capital Gain.
Tetapi, pada tanggal yang sama pada pukul 16:00 harga saham menurun menjadi Rp9,500 per lembar. Pada kondisi ini perusahaan memiliki kerugian potensial Rp500. Hal ini juga belum dicatat sebagai kerugian karena belum adanya transaksi penjualan yang real. Pada kondisi ini perusahaan A menahan sahamnya (hedging) karena perusahaan A takut mengalami kerugian dan menunggu harga saham naik kembali.
Pada tanggal 27 Juni harga saham malah semakin menurun menjadi Rp9,200 hal tersebut membuat perusahaan A khawatir, karena telah mengalami kerugian potensial sebesar Rp800, lebih besar dari tanggal sebelumnya, kalau seperti itu maka perusahaan A akan mengalami Capital Loss. Cara untuk mengatasinya perusahaan harus mencari analis pasar saham, untuk mengetahui tingkat harga saham pada waktu mendatang. Harga saham pada dasarnya memang selalu fluktuatif, kecuali pada saat terjadi sesutau seperti :
 
·         Inflasi
·         Perubahan kurs
·         Event (PEMILU, bulan Ramadhan, dsb)
Pada kondisi tersebut harga saham cenderung naik.
Kesalahan perusahaan A adalah pada saat pembelian, perusahaan A membeli saham pada saat harga saham hampir mencapai titik maximumnya. Jadi ketika perusahaan A berniat untuk menjual, harga saham malah menurun dan semakin menurun.

Referensi :