Tugas
Teori Ekonomi 1
“Analisis
Teori Keunggulan Komparatif di Indonesia”
Nama NPM
Eka
Miratul Khasanah 22212411
Mitha
Filandari 24212612
Putri
Maryam Anggreini 25212773
Wiwit
Tri Chahyani 27212761
Kelas : SMAK06-3
Analisis
Teori Keunggulan Komparatif di Indonesia
Teori keunggulan
komparatif (theory of comparative advantage) merupakan teori yang dikemukakan
oleh David Ricardo. Menurutnya, perdagangan internasional terjadi bila ada
perbedaan keunggulan komparatif antarnegara. Ia berpendapat bahwa keunggulan
komparatif akan tercapai jika suatu negara mampu memproduksi barang dan jasa
lebih banyak dengan biaya yang lebih murah daripada negara lainnya.
Keunggulan Komparatif
Kelapa Sawit di Indonesia
Indonesia mempunyai keunggulan komparatif (comparative
advantage) sebagai negara agraris dan maritim. Keunggulan komparatif
tersebut merupakan dasar perekonomian yang perlu didayagunakan melalui
pembangunan ekonomi sehingga menjadi keunggulan bersaing (competitive
advantage). Salah satu potensi Indonesia sebagai negara agraris adalah
banyaknya masyarakat yang bekerja pada sektor pertanian. Salah satu sektor
pertanian yang menjadi keunggulan Indonesia adalah sektor perkebunan khususnya
komoditi kelapa sawit. Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan
penyumbang devisa negara dan juga banyak menyerap tenaga kerja. Selain itu,
peranannya membantu perekonomian Indonesia cenderung meningkat dari tahun ke
tahun dilihat dari perkembangan ekspor minyak sawit.
Pada tahun 2009, Indonesia merupakan negara produsen
minyak sawit terbesar di dunia dengan jumlah produksi sebesar 20,6 juta ton,
kemudian diikuti dengan Malaysia dengan jumlah produksi 17,57 juta ton.
Produksi kedua negara ini mencapai 85% dari produksi minyak sawit dunia sebesar
45,1 juta ton (Oil World, 2010 dalam Haryana, 2010). Tingginya produksi minyak
sawit Indonesia merupakan Peluang yang perlu dimanfaatkan dan dikembangkan di
era globalisasi ini melalui penanganan serius, bukan saja oleh Pemerintah
(pusat, provinsi dan kabupaten/kota) tetapi yang lebih penting lagi melalui
sinergi kekuatan yang ada di masyarakat, sehingga Indonesia dapat berdaya saing
dibandingkan pesaing utamanya yaitu Malaysia pada tahun yang akan datang.
Perkembangan Areal Tanam Kelapa Sawit
Menurut data FAO, selama periode 1995 hingga 2009,
rata-rata laju pertumbuhan areal tanam kelapa sawit Indonesia sebesar 11 % per
tahun sedangkan rata-rata laju pertumbuhan areal tanam kelapa sawit Malaysia
sebesar 4,3 % per tahun, selain itu luas areal tanam kelapa sawit di Negara
sisa juga menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan, dengan rata-rata laju
pertumbuhan sebesar 9,7 % per tahun.
Perkembangan Produksi Minyak Sawit
Menurut data FAO, selama periode 1995 hingga 2009,
rata-rata laju pertumbuhan produksi minyak sawit Indonesia sebesar 11,6 % per
tahun dan rata-rata laju pertumbuhan produksi minyak sawit Malaysia sebesar 6,2
% per tahun sedangkan rata-rata laju pertumbuhan produksi minyak sawit Negara
sisa sebesar 4,9 % per tahun.
Perkembangan Produktifitas Minyak
Sawit
Menurut data FAO, selama periode 1995 hingga 2009,
rata-rata laju pertumbuhan produktifitas minyak sawit Indonesia sebesar 0,74 %
per tahun dan rata-rata laju pertumbuhan produktifitas minyak sawit Malaysia
sebesar 1,94 % per tahun sedangkan Negara sisa mengalami penurunan pertumbuhan
produktifitas sebesar 4,16 % per tahun.
Perkembangan Ekspor Minyak Sawit
Menurut data FAO, selama periode 1995 hingga 2009,
rata-rata laju pertumbuhan volume ekspor Indonesia sebesar 23,9 % per tahun dan
rata-rata laju pertumbuhan volume ekspor Malaysia sebesar 5,6 % per tahun
sedangkan rata-rata laju pertumbuhan volume ekspor Negara sisa sebesar 12,3 %
per tahun. Selain volume ekspor, nilai ekspor minyak sawit juga mengalami
peningkatan. Rata-rata laju pertumbuhan nilai ekspor minyak sawit Indonesia
sebesar 25,2 % per tahun dan rata-rata laju pertumbuhan nilai ekspor minyak
sawit Malaysia sebesar 9,3 % per tahun sedangkan rata-rata laju pertumbuhan
nilai ekspor minyak sawit Negara sisa sebesar 11,4 % per tahun.
Analisis
CMS Minyak Sawit
Analisis dinamika daya saing ekspor minyak sawit
Indonesia menunjukkan bahwa daya saing minyak sawit Indonesia di pasar Asia
lebih kuat dibandingkan minyak sawit asal Malaysia, sedangkan daya saing minyak
sawit Indonesia di pasar Eropa lebih lemah dibandingkan minyak sawit asal
Malaysia. Menguatnya daya saing minyak sawit Indonesia di pasar Asia diduga
disebabkan oleh adanya perbedaan harga hingga US$ 5/ton dengan harga minyak
sawit Malaysia yang lebih tinggi (Subramani, 2005 dalam Amrul, 2010). Sedangkan
melemahnya daya saing minyak sawit Indonesia di pasar Eropa diduga disebabkan
oleh standarisasi mutu minyak sawit asal Indonesia yang belum memenuhi
keinginan konsumen Eropa, seperti pencantuman kandungan kadar logam dalam
klasifikasi mutu minyak sawit yang diekspor, sedangkan Malaysia telah memenuhi
ketentuan ini. Selain itu factor lain adalah adanya kampanye negatif yang diprakarsai
oleh lembaga swadaya masyarakat (LSM) di negara-negara Eropa yang menyebarkan
isu negatif terhadap minyak sawit Indonesia seperti isu pengrusakan hutan dan global
warming. Analisis Constant Market Share (CMS) tahun 1995-2009,
menunjukkan bahwa pertumbuhan ekspor minyak sawit Indonesia lebih tinggi dari
pertumbuhan ekspor minyak sawit dunia kecuali tahun 1996, 1998, 2001, 2003 dan
2007, yang ditunjukkan oleh deviasi positif antara pertumbuhan ekspor CPO
Indonesia dan dunia. Sedangkan, pertumbuhan ekspor minyak sawit Malaysia lebih
tinggi dari pertumbuhan ekspor minyak sawit dunia kecuali tahun 1997, 1999,
2000, 2002, 2004, 2005, 2006, 2008 dan 2009, yang ditunjukkan oleh deviasi
positif antara pertumbuhan ekspor CPO Malaysia dan dunia. Pertumbuhan ekspor
minyak sawit Indonesia pada tahun 1995-2009, lebih banyak memanfaatkan peluang
ekonomi peningkatan pertumbuhan perdagangan minyak sawit di pasar dunia kecuali
pada tahun 1996, 1998, dan 2007, yang ditunjukkan oleh efek pertumbuhan standar
yang bernilai positif. Begitu juga dengan pertumbuhan ekspor minyak sawit
Malaysia pada tahun 1995-2009, lebih banyak memanfaatkan peluang ekonomi
peningkatan pertumbuhan perdagangan minyak sawit di pasar dunia kecuali pada
tahun 1997, 1998, 2000, 2004, 2007 dan 2009, yang ditunjukkan oleh efek
pertumbuhan standar yang bernilai positif.
Tabel
1
Analisis
Efek Pertumbuhan Standar Minyak Sawit Indonesia & Malaysia 1995 - 2009
Tahun
|
Pertumbuhan Ekspor Minyal
Sawit (%) |
Deviasi
|
Efek Pertumbuhan
Standar |
|||||
Indonesia
|
Malaysia
|
Dunia
|
Indonesia
|
Malaysia
|
Indonesia
|
Malaysia
|
||
1995
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
1996
|
-0.4
|
15.5
|
11.7
|
-12.1
|
3.8
|
0.1
|
10.38
|
|
1997
|
77.5
|
-5.5
|
8.4
|
69.1
|
-13.9
|
11.4
|
-3.79
|
|
1998
|
-50.2
|
-2.7
|
-15.5
|
-34.6
|
12.8
|
-12
|
-1.61
|
|
1999
|
123
|
17.8
|
31.4
|
91.7
|
-13.6
|
17.4
|
12.38
|
|
2000
|
24.6
|
-5.2
|
3.1
|
21.5
|
-8.3
|
5.9
|
-3.23
|
|
2001
|
19.3
|
22.9
|
20.5
|
-1.2
|
2.4
|
5.6
|
13.15
|
|
2002
|
29.2
|
4.5
|
10.3
|
18.9
|
-5.8
|
8.4
|
2.61
|
|
2003
|
0.8
|
15.6
|
12.1
|
-11.2
|
3.5
|
0.3
|
8.56
|
|
2004
|
35.6
|
-2.4
|
11.7
|
23.9
|
-14.1
|
10.8
|
-1.35
|
|
2005
|
19.8
|
11.9
|
13.6
|
6.2
|
-1.8
|
7.3
|
5.94
|
|
2006
|
16.6
|
7.7
|
11.9
|
4.7
|
-4.2
|
6.4
|
3.77
|
|
2007
|
-26.7
|
-8.4
|
-12.6
|
-14.1
|
4.2
|
-10.8
|
-3.98
|
|
2008
|
58.8
|
8.7
|
7.3
|
31.5
|
-18.6
|
19.9
|
4.32
|
|
2009
|
19.4
|
-1.5
|
5.4
|
14.6
|
-7
|
8.2
|
-0.65
|
Sumber
: FAO, 2011 (diolah)
Efek distribusi pasar serta efek residual (sisa)
Indonesia di pasar Asia lebih baik dibandingkan Malaysia, yang dilihat dari
banyaknya nilai positif. Hal ini mengindikasikan pertumbuhan ekspor minyak
sawit Indonesia ditentukan oleh pertumbuhan ekspor negara di Asia yang
mengalami pertumbuhan impor minyak sawit yang tinggi, atau pasar ekspor minyak
sawit Indonesia di Asia mengalami perkembangan. Serta, keunggulan minyak sawit
Indonesia disebabkan oleh perbedaan harga yang murah dibandingkan Malaysia.
Tabel
2
Analisis
Efek Distribusi Pasar dan Efek Residual Minyak Sawit
Indonesia
& Malaysia di Pasar Asia tahun 1995 – 2009
Country
|
Efek Distribusi Pasar
|
Efek Residual (sisa)
|
||
Indonesia
|
Malaysia
|
Indonesia
|
Malaysia
|
|
China
|
0.689
|
1.677
|
6654.52
|
47437.16
|
Pakistan
|
6.851
|
-0.082
|
217102.45
|
-296048.5
|
Japan
|
0
|
0.37
|
-3.26
|
13973.17
|
India
|
-0.433
|
-0.159
|
104993.62
|
-27773.86
|
Rep. Korea
|
0.075
|
0.071
|
87.66
|
-1293.84
|
Vietnam
|
120.491
|
13.554
|
7557.46
|
86567.69
|
Iran
|
0
|
7684.894
|
3618.39
|
-40160.43
|
UAE
|
1.681
|
3.176
|
1297.63
|
29560.11
|
Hongkong
|
0.191
|
-0.377
|
4242.62
|
-15593.19
|
Philippines
|
4.089
|
1.265
|
5719.31
|
-6596.29
|
Jordan
|
18.071
|
-0.083
|
73985.03
|
-10586.8
|
Saudi Arabia
|
-0.001
|
-0.007
|
-0.82
|
-1944.66
|
Other Asia
|
0.09
|
0.378
|
-1769.81
|
-1555.89
|
Sumber : Oil
World, FAO, MPOB (berbagai terbitan), 2011 (diolah)
Tabel
3
Analisis
Efek Distribusi Pasar dan Efek Residual Minyak Sawit
Indonesia
dan Malaysia di Pasar Eropa tahun 1995 – 2009
Country
|
Efek Distribusi Pasar
|
Efek Residual (sisa)
|
||
Indonesia
|
Malaysia
|
Indonesia
|
Malaysia
|
|
Rusia
|
1.1377
|
0.856
|
3555.91
|
4417.66
|
Germany
|
1.8568
|
0.0913
|
9108.28
|
10304.35
|
Turkey
|
0.9463
|
0.3123
|
10711.71
|
16942.44
|
Netherland
|
0.4426
|
0.1769
|
14124.83
|
18364.66
|
Belgium
|
-0.0003
|
0.0092
|
-372.78
|
1423.99
|
Italy
|
1.0802
|
0.079
|
2533.57
|
31317.91
|
France
|
0.2358
|
1.6821
|
385.98
|
399.02
|
Ukraine
|
7.4756
|
0.4811
|
2700.05
|
12441.13
|
UK
|
0.0233
|
-0.1245
|
1685.46
|
12860.14
|
Denmark
|
0.0085
|
0.2917
|
0.14
|
850.49
|
Poland
|
-0.0026
|
0.3146
|
-3441.94
|
10.72
|
Sweden
|
-0.0001
|
13.176
|
-0.29
|
3142.92
|
Spain
|
-0.1169
|
0.0251
|
-7568.66
|
1243.57
|
Greece
|
3.2892
|
0.0575
|
1670.41
|
5890.22
|
Romania
|
0.0831
|
6.02
|
-38.56
|
412.77
|
Other Europe
|
0.4278
|
0.0002
|
782.18
|
7466.19
|
Sumber : Oil World, FAO, MPOB (berbagai
terbitan), 2011 (diolah)
Efek distribusi pasar serta efek residual (sisa)
Malaysia di pasar Eropa lebih baik
dibandingkan Indonesia, yang dilihat dari banyaknya nilai positif. Hal ini mengindikasikan pertumbuhan ekspor minyak
sawit Malaysia ditentukan oleh pertumbuhan ekspor negara di Eropa yang
mengalami pertumbuhan impor minyak sawit yang tinggi, atau pasar ekspor minyak
sawit Malaysia di Eropa mengalami perkembangan. Serta, keunggulan minyak sawit
Malaysia disebabkan oleh Keunggulan mutu dibandingkan Indonesia. Serta adanya
isu negatif yang melemahkan Indonesia.
Analisis
RCA Minyak Sawit
Analisis RCA menunjukkan bahwa Indonesia dan
Malaysia memiliki penampilan ekspor yang kuat dalam perdagangan minyak sawit
dunia, yang diindikasikan oleh indeks RCA ekspor minyak sawit Indonesia dan
Malaysia yang lebih besar dari satu (>1), yang berarti ekspor minyak sawit
asal Indonesia dan Malaysia mempunyai comparative advantage diatas
rata-rata dunia.
Tabel
4
Analisis
Revealed Comparative Advantage (RCA) Minyak Sawit
Indonesia
dan Malaysia di Pasar Eropa tahun 1995 – 2009
Tahun
|
Indeks RCA
|
NE/TT (%)
|
||
Indonesia
|
Malaysia
|
Indonesia
|
Malaysia
|
|
1995
|
17.21
|
45.27
|
0.90631
|
0.98774
|
1996
|
15.35
|
44.54
|
0.862
|
0.99626
|
1997
|
21.88
|
41.53
|
0.92614
|
0.9948
|
1998
|
12.56
|
52.01
|
0.97756
|
0.98981
|
1999
|
20.64
|
42.01
|
0.99903
|
0.95176
|
2000
|
23.54
|
36.89
|
0.99832
|
0.98779
|
2001
|
25.73
|
39.33
|
0.99989
|
0.96383
|
2002
|
33.22
|
38.19
|
0.99688
|
0.93077
|
2003
|
31.69
|
41.26
|
0.99821
|
0.94124
|
2004
|
41.41
|
36.69
|
0.99887
|
0.87108
|
2005
|
43.31
|
34.9
|
0.99718
|
0.92826
|
2006
|
43.74
|
33.78
|
0.99728
|
0.89646
|
2007
|
41.95
|
37.53
|
0.9997
|
0.93259
|
2008
|
46.74
|
33.74
|
0.99919
|
0.9052
|
2009
|
46.55
|
31.58
|
0.99747
|
0.86822
|
Sumber : FAO, 2011,
diolah.
Keterangan : Angka
tebal menunjukkan nilai indeks tertinggi
Perbandingan penampilan ekspor minyak sawit
Indonesia dan Malaysiamenunjukkan bahwa pada
tahun 1995 hingga 2003, penampilan ekspor minyak sawit Indonesia lebih
rendah dari minyak sawit Malaysia, yang ditunjukkan oleh indeks RCA Malaysia
yang lebih besar dari Indonesia. Sedangkan, pada tahun 2004 hingga 2009,
penampilan ekspor minyak sawit Indonesia lebih tinggi dari minyak sawit
Malaysia, yang ditunjukkan oleh indeks RCA Indonesia yang lebih besar dari
Malaysia.
Rasio net ekspor dan total perdagangan minyak sawit
menunjukkan bahwa Indonesia dan Malaysia sama-sama negara net eksportir, yang
ditunjukkan olehrasio net ekspor dan total perdagangan minyak sawit yang
bernilai positif. Dengan demikian hasil analisis indikator daya saing yang
digunakan dalam penelitian, menunjukkan bahwa minyak sawit Indonesia memiliki
daya saing yang kuat dalam perdagangan minyak sawit dunia, tetapi masih lebih
rendah dari daya saing minyak sawit Malaysia.
Keunggulan Komparatif Produksi Karet
di Indonesia
Selain minyak kelapa
sawit , Indonesia juga memliki keunggulan komparatif yaitu produksi karet. Penelitian mengenai analisis keunggulan komparatif karet
alam Indonesia tahun 2003-2007 (Soekarno, 2009). Penelitian ini bertujuan untuk
melihat daya saing ekspor karet alam Indonesia dibandingkan dengan Thailand dan
Malaysia, sehingga dapat diketahui perlunya pengembangan lebih mendalam untuk
meningkatkan produksi karet alam dari daya saing ekspor. Penelitian ini
menggunakan analisis Revealed Comparative Advantage (RCA) dan Constant Market
Share (CMS). Hasil analisis menunjukkan bahwa daya saing ekspor karet alam
Indonesia sejak tahun 2003 sampai dengan 2007 cenderung mengalami kenaikan
yaitu dari 28,403 menjadi 37,388. Sedangkan Thailand turun dari 53,190 pada
tahun 2003 menjadi 32,187 untuk tahun 2007. Hal yang sama juga terjadi pada
Malaysia di tahun 2003 mencapai 17,931 menjadi 10,623 tahun 2007. Hasil
analisis constant market share menunjukkan bahwa Indonesia sejak tahun 2003
sampai dengan 2007 memiliki daya saing yang positif. Dengan menggunakan
analisis RCA menunjukkan bahwa peluang Indonesia untuk menjadi pengekspor utama
karet sangat besar. Hal ini ditunjukkan dengan nilai yang terus meningkat dari
tahun 2003 yaitu 28,403 menjadi 37,388. Hasil perhitungan CMS menunjukkan bahwa
kinerja ekspor karet alam Indonesia memiliki daya saing yang kuat, walaupun
jika dilihat dari efek distribusi pasar masih lemah, untuk meningkatkan kinerja
ekspor karet maka perlu perhatian yang serius dari pemerintah sehingga
keunggulan kompratifnya dapat dipertahankan.
KESIMPULAN
Berdasarkan
pembahasan, kesimpulan yang dapat diambil adalah:
1)
Dinamika tingkat daya saing Indonesia dan Malaysia telah mengalami peningkatan
yang signifikan dalam ekspor dan pangsa pasar minyak sawit di dunia terutama di
benua Asia dan Eropa,
2)
Efek pertumbuhan standar ekspor minyak sawit Indonesia dan Malaysia bernilai
positif kecuali dalam beberapa tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa pada
periode tersebut pertumbuhan ekspor minyak sawit Indonesia dan Malaysia lebih
banyak memanfaatkan pertumbuhan ekspor minyak
sawit
dunia,
3)
Minyak sawit Indonesia lebih berdaya saing dibandingkan minyak sawit Malaysia
di Benua Asia, sedangkan minyak sawit Malaysia lebih berdaya saing dibandingkan
minyak sawit Indonesia di Benua Eropa,
4)
Penampilan ekspor minyak sawit Indonesia cenderung lebih rendah dibandingkan
Malaysia. Indeks RCA minyak sawit Indonesia dibawah Malaysia, akan tetapi
penampilan ekspor minyak sawit Indonesia sangat kompetitif dengan minyak sawit
Malaysia, dan
5)
Nilai rata-rata indeks spesialisasi perdagangan (rasio Net Export dan Total
Trade) minyak sawit Indonesia dan Malaysia juga menunjukkan nilai yang positif
yang artinya Indonesia dan Malaysia adalah negara eksportir minyak sawit.
6)
Selain memiliki keunggulan komparatif kelapa sawit, Indonesia juga memiliki
keunggulan komparatif dalam produksi karet
7)
Hasil
analisis menunjukkan bahwa daya saing ekspor karet alam Indonesia sejak tahun
2003 sampai dengan 2007 cenderung mengalami kenaikan yaitu dari 28,403 menjadi
37,388.
Daftar Pustaka