Nama : Eka Miratul Khasanah 22212411
Miha Filandari 24212612
Putri Maryam Anggreini 25212773
Wiwit Tri Chahyani 27212761
Kelas : SMAK06-3
Analisis Pengaruh Kenaikan Harga Emas terhadap Sektor Moneter
Faktor yang Memengaruhi Kenaikan Harga Emas
Harga emas dapat dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu :
· Cadangan Emas Bank Sentral
Jika mereka
memutuskan untuk menyimpan lebih banyak cadangannya dalam bentuk emas,
maka permintaan dan harga emas akan semakin naik.
· Prospek Inflasi
Pada situasi
inflasi tinggi, orang-orang akan cenderung mengubah uang cash mereka
menjadi aset fisik untuk mempertahankan nilainya, emas pun menjadi salah
satu aset yang diincar investor. Akibatnya, permintaan yang tinggi
terhadap emas menyebabkan harga emas akan semakin tinggi.
· Kebijakan Moneter / Quantitative Easing
Kebijakan Moneter negara-negara besar akan berpengaruh pada harga emas.
Banyak negara-negara yang mengeluarkan kebijakan Quantitative Easing,
yaitu kebijakan moneter dari bank sentral untuk menstilmulasi ekonomi
nasional dengan membeli aset finansial dengan uang yang baru dicetak.
Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk menginjeksikan uang ke dalam
pasar dalam jumlah yang sudah ditentukan sebelumnya. Akibat kebijakan
ini banyak para investor yang memindahkan aset mereka dalam bentuk emas
yang lebih aman.
Naiknya harga emas bisa menjadi penyebab bagi investor untuk menumpuk
kekayaannya dalam bentuk emas, dengan harapan dapat mengambil keuntungan
dari kenaikan harga. Harga emas bisa berfluktuasi. Beberapa berpendapat
bahwa kita berada dalam gelembung emas, ketika ekonomi kembali normal
orang akan merasa harga emas terlalu tinggi dan harga emas kembali
turun. Pergerakan harga emas berkorelasi positif dengan stimulus yang
dikeluarkan oleh Federal Reserve Amerika Serikat. Dalam usahanya
membantu pemulihan ekonomi di Amerika Serikat, The Fed, sebutan untuk
bank sentral AS mengeluarkan kebijakan-kebijakan moneter yang
non-konvensional yang sifatnya stimulatif.
Kebijakan stimulatif ini berujung pada peningkatan jumlah uang yang
beredar di masyarakat. Seperti dua sisi mata uang, ada sisi positif dan
negatif. Sisi positifnya adalah masyarakat mendapatkan akses untuk
memperoleh dana murah untuk diputar dalam bisnis dan investasi. Sisi
negatifnya banyaknya uang yang beredar akan meningkatkan permintaan
barang dan akhirnya menaikan inflasi.
Sejak krisis keuangan yang terjadi di AS pada tahun 2008, The Fed telah
mengeluarkan berbagai kebijakan moneter baik yang konvensional maupun
non-konvensional untuk mempercepat pemulihan ekonomi di AS. Kebijakan
yang dikeluarkan bernuansa pelonggaran moneter yang bertujuan memperluas
dan mempermudah akses masyarakat memperoleh pembiayaan untuk memutar
roda perekonomian. The Fed memangkas suku bunga acuan hingga mendekati
0% dan berusaha menekan suku bunga kredit perumahan yang ketika itu
menjadi pokok permasalahan dengan mengeluarkan kebijakan
non-konvensional pelonggaran kuantitatif (quantitative easing – QE).
Emas yang termasuk dalam kategori komoditi mendapatkan imbas positif
dari stimulus Fed. Pada pelaksanaan QE yang pertama, yaitu periode
Januari 2009 – Maret 2010 dengan suntikan stimulus sebesar 1,25 triliun
dollar, harga emas melejit sebesar 27,4%. Demikian juga dengan QE yang
ke-2, harga emas menguat 5,9% selama periode November 2012 – Juni 2011.
Sementara QE 3 yang baru diluncurkan September 2012 lalu, harga emas
masih menunjukkan reaksi yang positif.
Lain halnya dengan kebijakan operation twist. Kebijakan ini tidak
menambah uang beredar tapi hanya menukar kepemilikan obligasi jangka
pendek dengan jangka yang lebih panjang sehingga dapat mempertahankan
suku bunga jangka panjang tetap rendah. Oleh karena itu, operation twist
ini tidak memberikan pengaruh positif terhadap penguatan harga emas.
Sejak pertengahan 2011, para pelaku pasar terus berspekulasi dan
berekspektasi akan dikeluarkannya kebijakan QE yang baru menyusul
berakhirnya QE ke-2 pada Juni 2011. Namun hal tersebut tidak
direalisasikan oleh Fed saat itu dan Fed menggantinya dengan program
operation twist pada September 2011. Alhasil, tidak ada kenaikan harga
emas melebihi rekor tertinggi emas sepanjang masa di 1920 dollar per
troy ons yang dicetak pada awal September 2011. Harga emas malah turun
sebesar 14,9% selama periode operation twist yang pertama (September
2011- Juni 2012).
Saat
Fed meluncurkan QE ke-3, harga emas berhasil keluar dari area
konsolidasi dan terus menguat hingga saat ini. Kali ini The Fed tidak
memberikan batasan waktu berakhirnya kebijakan pelonggaran kuantitatif,
tidak seperti dua kebijakannya yang terdahulu. The Fed memberikan
batasan bahwa kebijakan tersebut akan terus dijalankan selama kondisi
tenaga kerja di AS tidak menunjukan pemulihan. Selama itu, The Fed akan
terus membeli surat berharga yang berbasis kredit perumahan sebesar 40
milyar dollar per bulan dengan “mencetak uang yang baru”. Tidak ada
patokan atau angka yang jelas mengenai kondisi tenaga kerja yang
dianggap sudah pulih. Namun salah satu Presiden Federal Reserve Bank,
Charles Evans, mengatakan bahwa Fed akan terus menjalankan kebijakan QE
hingga tingkat pengangguran AS mencapai angka di bawah 7% (Saat ini
tingkat pengangguran AS berada di 8,1%). Data tingkat pengangguran AS
ini akan dirilis setiap Jumat pertama setiap bulan pada pukul 19.30 WIB
(summer time) atau 20.30 WIB (winter time).
Suntikan
dana baru sebesar 40 milyar dollar AS per bulan ke perekonomian tentu
saja merupakan stimulus yang besar. Pasar keuangan sudah jelas sangat
mendapatkan keuntungan dari kebijakan ini. Sementara sektor riil
“diharapkan” juga mendapatkan keuntungan. Penguatan harga emas akan
mendapatkan sokongan. Target $2000 per troy ons, seperti yang
diproyeksikan banyak analis, mungkin dapat tercapai tahun depan.
Efek serta Dampak Inflasi
Adapun Efek-Efek dan dampak yang ditimbulkan dari Inflasi:
1. Efek terhadap pendapatan (equity effect)
Efek
tehadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan dan ada
yang diuntungkan dengan adanya inflasi. Seorang yang memperoleh
pendapatan tetap akan dirugikan oleh adanya inflasi. Misalnya seorang
memperoleh pendapatan tetap Rp 500.000,00 per tahun sedang laju inflasi
sebesar 10 persen akan menderita kerugian penurunan pendapatan riil
sebesar laju inflasi tersebut yaitu Rp 50.000,00.
2. Efek terhadap efisiensi (efficiency effect)
Inflasi
dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi perubahan ini
dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang
yang kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi
beberapa barang tertentu sehingga dapat mengakibatkan alokasi faktor
produksi menjadi tidak efesien.
3. Efek terhadap output (output effect)
Dalam
menganalisa kedua efek di atas (equity dan efficiency effect) digunakan
suatu anggapan bahwa output tetap. Hal ini dilakukan supaya dapat
diketahui efek inflasi terhadap distribusi pendapatan dan efisiensi dari
jumlah output tertentu tersebut.
4. Inflasi dan perkembangan ekonomi
Inflasi
yang tinggi tingkatnya tidak akan mengalakkan perkembangan ekonomi
biaya yang terus menerus naik menyebabkan kegiatan produktif sangat
tidak menguntungkan. Maka pemilik modal biasanya lebih suka menggunakan
uangnya untuk tujuan spekulasi. Aturan lain tujuan ini dicapai dengan
pembeli harta-harta tetap seperti tanah rumah dan bangunan. Oleh karena
pengusaha lebih suka menjalankan kegiatan investasi yang bersifat
seperti ini, investasi produktif akan berkurang dan tingkat kegiatan
ekonomi menurun. Sebagai akibatnya akan lebih banyak penganguran.
Dampak Inflasi
Inflasi memiliki dampak positif dan juga dampak negatif.
1. Dampak positif:
Ø Peredaran / perputaran barang lebih cepat.
Ø Produksi barang-barang bertambah, karena keuntungan pengusaha bertambah.
Ø Kesempatan kerja bertambah, karena terjadi tambahan investasi.
Ø Pendapatan nominal bertambah, tetapi riil berkurang, karena kenaikan pendapatan kecil.
2. Dampak Negatif:
Ø Harga barang-barang dan jasa naik.
Ø Nilai dan kepercayaan terhadap uang akan turun atau berkurang.
Ø Menimbulkan tindakan spekulasi.
Ø Banyak proyek pembangunan macet atau terlantar.
Ø Kesadaran menabung masyarakat berkurang.
Kesimpulan :
Kebijakan Moneter
negara-negara besar akan berpengaruh pada harga emas. Banyak
negara-negara yang mengeluarkan kebijakan Quantitative Easing, yaitu
kebijakan moneter dari bank sentral untuk menstilmulasi ekonomi nasional
dengan membeli aset finansial dengan uang yang baru dicetak. Tujuan
dari kebijakan ini adalah untuk menginjeksikan uang ke dalam pasar dalam
jumlah yang sudah ditentukan sebelumnya. Akibat kebijakan ini banyak
para investor yang memindahkan aset mereka dalam bentuk emas yang lebih
aman.
Kebijakan
Quantitative Easing ini mengakibatkan harga emas naik karena banyak
orang beralih (terutama investor) menginvestasikan uangnya dalam bentuk
emas. Harga emas berkorelasi positif dengan stimulus yang dikeluarkan
oleh Federal Reserve Amerika Serikat. Dalam usahanya membantu pemulihan
ekonomi di Amerika Serikat, The Fed, sebutan untuk bank sentral AS
mengeluarkan kebijakan-kebijakan moneter yang non-konvensional yang
sifatnya stimulatif. Kebijakan ini mengakibatkan tingginya jumlah uang
yang beredar di masyarakat.
Tingginya jumlah
uang yang beredar di masyarakat memiliki dampak positif dan negative.
Salah satu dampak positifnya yaitu masyarakat mendapatkan akses untuk
memperoleh dana murah untuk diputar dalam bisnis dan investasi. Sisi
negatifnya banyaknya uang yang beredar akan meningkatkan permintaan
barang dan akhirnya menaikan inflasi. Emas yang termasuk dalam kategori
komoditi mendapatkan imbas positif dari stimulus Fed. Dengan kata lain,
kenaikan harga emas yang dipengaruhi oleh kebijakan moneter Quantitative
Easing berdampak pada sector moneter, yaitu terjadinya inflasi.
Referensi :
http://dewikhamalarizkiani.blogspot.com/2013/04/pengaruh-inflasi.html
http://ariston.blog.kontan.co.id/2012/10/04/pengaruh-stimulus-fed-terhadap-pergerakan-harga-emas/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar