22212411
SMAK06-3
Perekonomian umumnya mengalami pasang-surut , setidaknya dilihat dari perkembangan tingkat output dan harga. Gelombang naik-turun tersebut relatif teratur dan terjadi berulang-ulang dengan rentang waktu (durasi) yang bervariasi. Ada yang berdurasi pendek (bulanan atau tahunan), panjang (belasan tahun), dan sangat panjang (puluhan tahun). Dalam ekonomi, gerak naik-turun tersebut dikenal sebagai siklus ekonomi (business cycle). Sekalipun gerak naik-turun tersebut bersifat teratur, tidak jarang terjadi penyimpangan pola yang berdampak buruk, sebagai contoh krisis ekonomi yang dialami Indonesia, terutama sejak tahun 1998. Sampai tahun 2000, krisis tersebut belum terselesaikan. Jumlah rakyat yang hidup di bawah garis kemiskinan bertambah banyak, sementara output perekonomian pernah mengalami kontraksi (pertumbuhan ekonomi negative) sebesar 13% di tahun 1998.
Tingkat pertumbuhan ekonomi yang sangat
fluktuatif disebabkan perekonomian Indonesia sangat tergantung pada kondisi
eksternal. Misalnya pertumbuhan ekonomi yang tinggi selama periode 1970-an,
khususnya 1971-1973 disebabkan membumbungnya harga minyak bumi, yang
meningkatkan penerimaan ekspor migas (oil
boom).
Fluktuasi atau perubahan yang terjadi kegiatan
perekonomian disebut sebagai konjungtur atau business cycle. Yang menjadi pokok
permasalahan timbulnya konjungtur menurut teori moneter adalah jumlah uang yang
beredar di masyarakat. Apabila masyarakat banyak memegang uang, maka akan
timbul kecenderungan mempergunakan uangnya untuk keperluan konsumsi dan
investasi, sedangkan sebaliknya, apabila uang sulit diperoleh, maka pengeluaran
dunia bisnis dan masyarakat juga akan berkurang. Pengurangan jumlah uang sampai
pada tingkat minimum ini akan menghalangi upaya dari perusahaan untuk melakukan
ekspansi.
Kecenderungan masyarakat untuk mengurangi tingkat konsumsinya dan lebih banyak melakukan kegiatan menabung akan menyebabkan pengeluaran total tidak akan mencukupi untuk mempekerjakan semua angkatan kerja. Besarnya tingkat tabungan masyarakat ini, walaupun bisa dijadikan sebagai sumber investasi tapi kurang menguntungkan karena adanya tabungan masyarakat tersebut diikuti dengan rendahnya tingkat konsumsi masyarakat. Investasi sebagai kekuatan pendorong yang menentukan konjungtur akan berpengaruh terhadap gerakan konjungtur.
Adanya peperangan, penemuan tambang emas, kejadian-kejadian politik, dan perubahan cuaca juga menyebabkan terjadinya goncangan ekstern yang mendorong timbulnya konjungtur. Goncangan-goncangan ini akan memberikan dorongan ke atas maupun ke bawah pada sistem perekonomian dan akan lebih diperkuat lagi oleh faktor-faktor intern.
Pengaruh dari adanya konjungtur terhadap perekonomian Indonesia sangat terasa pada neraca perdagangan Indonesia. Hal ini disebabkan karena Indonesia selama ini mengadakan hubungan dagang dengan negara-negara di dunia, karena itu terjadinya perubahan volume ekspor dan impor akan tampak sekali. Selain berpengaruh terhadap neraca perdagangan aktivitas perekonomian di dalam negeri, juga akan berpengaruh terhadap aktivitas usaha, penyerapan tenaga kerja, tingkat investasi, tingkat harga di dalam negeri, dan sebagainya.
Usaha pemerintah Indonesia untuk menanggulangi akibat adanya konjungtur adalah melalui beberapa kebijaksanaan fiskal dan moneter seperti deregulasi, diberlakukannya undang-undang perpajakan yang baru, dan menjaga kestabilan nilai rupiah terhadap mata uang asing.
Kecenderungan masyarakat untuk mengurangi tingkat konsumsinya dan lebih banyak melakukan kegiatan menabung akan menyebabkan pengeluaran total tidak akan mencukupi untuk mempekerjakan semua angkatan kerja. Besarnya tingkat tabungan masyarakat ini, walaupun bisa dijadikan sebagai sumber investasi tapi kurang menguntungkan karena adanya tabungan masyarakat tersebut diikuti dengan rendahnya tingkat konsumsi masyarakat. Investasi sebagai kekuatan pendorong yang menentukan konjungtur akan berpengaruh terhadap gerakan konjungtur.
Adanya peperangan, penemuan tambang emas, kejadian-kejadian politik, dan perubahan cuaca juga menyebabkan terjadinya goncangan ekstern yang mendorong timbulnya konjungtur. Goncangan-goncangan ini akan memberikan dorongan ke atas maupun ke bawah pada sistem perekonomian dan akan lebih diperkuat lagi oleh faktor-faktor intern.
Pengaruh dari adanya konjungtur terhadap perekonomian Indonesia sangat terasa pada neraca perdagangan Indonesia. Hal ini disebabkan karena Indonesia selama ini mengadakan hubungan dagang dengan negara-negara di dunia, karena itu terjadinya perubahan volume ekspor dan impor akan tampak sekali. Selain berpengaruh terhadap neraca perdagangan aktivitas perekonomian di dalam negeri, juga akan berpengaruh terhadap aktivitas usaha, penyerapan tenaga kerja, tingkat investasi, tingkat harga di dalam negeri, dan sebagainya.
Usaha pemerintah Indonesia untuk menanggulangi akibat adanya konjungtur adalah melalui beberapa kebijaksanaan fiskal dan moneter seperti deregulasi, diberlakukannya undang-undang perpajakan yang baru, dan menjaga kestabilan nilai rupiah terhadap mata uang asing.
ANATOMI SIKLUS EKONOMI
Gelombang Konjungtur (economic cycle)
adalah naik turunnya kegiatan ekonomi dari waktu ke waktu (Business Cycle).
Siklus ekonomi dapat digambarkan sebagai gelombang naik-turun aktivitas
ekonomi, yang terdiri dari empat elemen:
1. Gerakan
Menaik (Upturn)
Pemulihan ekonomi
(recovery) ditandai dengan gerakan
perekonomian yang menaik (upturn). Kadang-kadang
gerkan menaik ini disebut juga ekspansi (expansion)
bila gerakan ini terjadi selama minimal dua triwulan berturut-turut.
2.
Titik
Puncak atau Kuluminasi (peak)
Ekspansi ekonomi
tidak akan terjadi selamanya. Suatu ketika gerakan menaik ini mencapai titik
tertinggi. Titik ini disebut titik puncak atau kuluminasi (peak). Setelah mencapai titik kuluminasi, perekonomian akan
mengalami penurunan kembali.
3.
Gerak
Menurun (Downturn)
Menurunnya output yang dilihat dari menurunnya
tingkat pertumbuhan ekonomi. Gerakan penurunan ini disebut resesi (recession), bila terjadi selama minimal
dua triwulan berturut-turut.
4.
Titik
Terendah atau Nadir (Trough)
Gerakan menurun
akan berlanjut hingga mencapi titik yang paling rendah, yang disebut titik
nadir (trough). Setelah mencapai
titik nadir, perekonomian akan pulih kembali dilihat dari adanya gerakan
menaik.
Gerakan Satu
Siklus adalah gerakan
dari satu titik kulminasi ke satu titik kulminasi lainnya (K-K) atau dari satu
titik nadir ke titik nadir lainnya (N-N)
Bum (Boom) dikenal sebagai titik kulminasi yang jauh di atas
dari biasanya yang disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi yang begitu baik.
Depresi (Depressin) dikenal sebagai titik nadir yang jauh
di bawah dari biasanya, yang disebabkan oleh penurunan pertumbuhan ekonomi.
TEORI PENYEBAB GELOMBANG KONJUNGTUR
· Jevons dan Moore (1923): Fluktuasi
kegiatan ekonomi terjadi karena adanya perubahan alam
· Pigou (1927): Fluktuasi kegiatan
ekonomi terjadi karena adanya faktor psikologis para pelaku bisnis (harapan pesimistis
atau optimistis)
· Malthus (1936): penyebab munculnya
krisis ekonomi karena adanya kekurangan konsumsi (under consumption).
Alasan: sektor industri manufaktur makin berkembang dan masyarakat lebih banyak
melakukan kegiatan ekonomi pada sektor tersebut.
· Mitchell (1951): Fluktuasi kegiatan
ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sistem ekonomi kapitalis-liberalis.
· Hawtrey (1928) dan Friedman (1957):
Fluktuasi ekonomi disebabkan oleh sistem moneter dan sistem kredit.
· Shcumpeter (1934) menyebut penyebab
utama tidak stabilnya inovasi teknologi.
· Lucas dan Barro (1976), Fisher (1979),
dan Phelps (1997): Ekspektasi masyarakat yang rasional sebagai penyebab
fluktuasi ekonomi.
· Keynes: Sistem moneter dan kredit
bukan penyebab, tetapi merupakan akibat. Penyebab utama adalah tidak stabilnya
investasi.
· Siklus konjungtur kegiatan ekonomi
menurut Ellis (1991) berbeda-beda.
· Kondratif: setiap 50 tahun sekali
· Juglar: 11 tahun sekali
· Kitchin: 4 tahun sekali
· Batra (1990): 60 tahun sekali
·
Mubyarto: 7 tahun
sekali untuk perekonomian Indonesia (jawa: pitu-lungan).
sumber :
Rahardja, Pratama dan Mandala Manurung (2008).Teori Ekonomi Makro: Suatu pengantar. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar