Kamis, 12 Desember 2013

KONSEP FLOW & CONJUNCTURE

EKA MIRATUL KHASANAH
22212411
SMAK06-3


Perekonomian umumnya mengalami pasang-surut , setidaknya dilihat dari perkembangan tingkat output dan harga. Gelombang naik-turun tersebut relatif teratur dan terjadi berulang-ulang dengan rentang waktu (durasi) yang bervariasi. Ada yang berdurasi pendek (bulanan atau tahunan), panjang (belasan tahun), dan sangat panjang (puluhan tahun). Dalam ekonomi, gerak naik-turun tersebut dikenal sebagai siklus ekonomi (business cycle). Sekalipun gerak naik-turun tersebut bersifat teratur, tidak jarang terjadi penyimpangan pola yang berdampak buruk, sebagai contoh krisis ekonomi yang dialami Indonesia, terutama sejak tahun 1998. Sampai tahun 2000, krisis tersebut belum terselesaikan. Jumlah rakyat yang hidup di bawah garis kemiskinan bertambah banyak, sementara output perekonomian pernah mengalami kontraksi (pertumbuhan ekonomi negative) sebesar 13% di tahun 1998.
Tingkat pertumbuhan ekonomi yang sangat fluktuatif disebabkan perekonomian Indonesia sangat tergantung pada kondisi eksternal. Misalnya pertumbuhan ekonomi yang tinggi selama periode 1970-an, khususnya 1971-1973 disebabkan membumbungnya harga minyak bumi, yang meningkatkan penerimaan ekspor migas (oil boom).
Fluktuasi atau perubahan yang terjadi kegiatan perekonomian disebut sebagai konjungtur atau business cycle. Yang menjadi pokok permasalahan timbulnya konjungtur menurut teori moneter adalah jumlah uang yang beredar di masyarakat. Apabila masyarakat banyak memegang uang, maka akan timbul kecenderungan mempergunakan uangnya untuk keperluan konsumsi dan investasi, sedangkan sebaliknya, apabila uang sulit diperoleh, maka pengeluaran dunia bisnis dan masyarakat juga akan berkurang. Pengurangan jumlah uang sampai pada tingkat minimum ini akan menghalangi upaya dari perusahaan untuk melakukan ekspansi.

            Kecenderungan masyarakat untuk mengurangi tingkat konsumsinya dan lebih banyak melakukan kegiatan menabung akan menyebabkan pengeluaran total tidak akan mencukupi untuk mempekerjakan semua angkatan kerja. Besarnya tingkat tabungan masyarakat ini, walaupun bisa dijadikan sebagai sumber investasi tapi kurang menguntungkan karena adanya tabungan masyarakat tersebut diikuti dengan rendahnya tingkat konsumsi masyarakat. Investasi sebagai kekuatan pendorong yang menentukan konjungtur akan berpengaruh terhadap gerakan konjungtur.

            Adanya peperangan, penemuan tambang emas, kejadian-kejadian politik, dan perubahan cuaca juga menyebabkan terjadinya goncangan ekstern yang mendorong timbulnya konjungtur. Goncangan-goncangan ini akan memberikan dorongan ke atas maupun ke bawah pada sistem perekonomian dan akan lebih diperkuat lagi oleh faktor-faktor intern.

            Pengaruh dari adanya konjungtur terhadap perekonomian Indonesia sangat terasa pada neraca perdagangan Indonesia. Hal ini disebabkan karena Indonesia selama ini mengadakan hubungan dagang dengan negara-negara di dunia, karena itu terjadinya perubahan volume ekspor dan impor akan tampak sekali. Selain berpengaruh terhadap neraca perdagangan aktivitas perekonomian di dalam negeri, juga akan berpengaruh terhadap aktivitas usaha, penyerapan tenaga kerja, tingkat investasi, tingkat harga di dalam negeri, dan sebagainya.

            Usaha pemerintah Indonesia untuk menanggulangi akibat adanya konjungtur adalah melalui beberapa kebijaksanaan fiskal dan moneter seperti deregulasi, diberlakukannya undang-undang perpajakan yang baru, dan menjaga kestabilan nilai rupiah terhadap mata uang asing.
ANATOMI SIKLUS EKONOMI
 
Gelombang Konjungtur (economic cycle) adalah naik turunnya kegiatan ekonomi dari waktu ke waktu (Business Cycle). Siklus ekonomi dapat digambarkan sebagai gelombang naik-turun aktivitas ekonomi, yang terdiri dari empat elemen:
1.      Gerakan Menaik (Upturn)
Pemulihan ekonomi (recovery) ditandai dengan gerakan perekonomian yang menaik (upturn). Kadang-kadang gerkan menaik ini disebut juga ekspansi (expansion) bila gerakan ini terjadi selama minimal dua triwulan berturut-turut.
2.      Titik Puncak atau Kuluminasi (peak)
Ekspansi ekonomi tidak akan terjadi selamanya. Suatu ketika gerakan menaik ini mencapai titik tertinggi. Titik ini disebut titik puncak atau kuluminasi (peak). Setelah mencapai titik kuluminasi, perekonomian akan mengalami penurunan kembali.
3.      Gerak Menurun (Downturn)
Menurunnya output yang dilihat dari menurunnya tingkat pertumbuhan ekonomi. Gerakan penurunan ini disebut resesi (recession), bila terjadi selama minimal dua triwulan berturut-turut.
4.      Titik Terendah atau Nadir (Trough)
Gerakan menurun akan berlanjut hingga mencapi titik yang paling rendah, yang disebut titik nadir (trough). Setelah mencapai titik nadir, perekonomian akan pulih kembali dilihat dari adanya gerakan menaik.
Gerakan Satu Siklus adalah gerakan dari satu titik kulminasi ke satu titik kulminasi lainnya (K-K) atau dari satu titik nadir ke titik nadir lainnya (N-N)
Bum (Boom) dikenal sebagai titik kulminasi yang jauh di atas dari biasanya yang disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi yang begitu baik.
Depresi (Depressin) dikenal sebagai titik nadir yang jauh di bawah dari biasanya, yang disebabkan oleh penurunan pertumbuhan ekonomi.

TEORI PENYEBAB GELOMBANG KONJUNGTUR
·         Jevons dan Moore (1923): Fluktuasi kegiatan ekonomi terjadi karena adanya perubahan alam
·         Pigou (1927): Fluktuasi kegiatan ekonomi terjadi karena adanya faktor psikologis para pelaku bisnis (harapan pesimistis atau optimistis)
·         Malthus (1936): penyebab munculnya krisis ekonomi karena adanya kekurangan konsumsi (under consumption). Alasan: sektor industri manufaktur makin berkembang dan masyarakat lebih banyak melakukan kegiatan ekonomi pada sektor tersebut.
·         Mitchell (1951): Fluktuasi kegiatan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sistem ekonomi kapitalis-liberalis.
·         Hawtrey (1928) dan Friedman (1957): Fluktuasi ekonomi disebabkan oleh sistem moneter dan sistem kredit.
·         Shcumpeter (1934) menyebut penyebab utama tidak stabilnya inovasi teknologi.
·         Lucas dan Barro (1976), Fisher (1979), dan Phelps (1997): Ekspektasi masyarakat yang rasional sebagai penyebab fluktuasi ekonomi.
·         Keynes: Sistem moneter dan kredit bukan penyebab, tetapi merupakan akibat. Penyebab utama adalah tidak stabilnya investasi.
·         Siklus konjungtur kegiatan ekonomi menurut Ellis (1991) berbeda-beda.
·         Kondratif: setiap 50 tahun sekali
·         Juglar: 11 tahun sekali
·         Kitchin: 4 tahun sekali
·         Batra (1990): 60 tahun sekali
·         Mubyarto: 7 tahun sekali untuk perekonomian Indonesia (jawa: pitu-lungan).
sumber :

 Rahardja, Pratama dan  Mandala Manurung (2008).Teori Ekonomi Makro: Suatu pengantar. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar