22212411
SMAK06-3
Secara
umum teori ekonomi ketenagakerjaan sama dengan teori ekonomi lainnya. Mempelajari
bagaimana individu dapat memenuhi kebutuhannya dengan sumber-sumber yang langka
dan memaksimalkan kepuasannya dengan banyak kendala untuk mencapai kepuasan
tersebut. Perspektif ekonomi ketenagakerjaan mempergunakan teori pilihan untuk
menganalisa bagaimana konsekuensinya secara ekonomi dari aktifitasnya dipasar
kerja.
Ekonomi
ketenagakerjaan mempelajari keputusan-keputusan dan akibatnya dari proses kerja
organisasi, fungsional, dan individu yang berpartisipasi di pasar kerja. Di samping
itu juga, mempelajari kebijakan-kebijakan masyarakat yang berhubungan dengan
pekerjaan dan upah. Mempelajari bagaimana motivasi mereka tehadap rangsangan
yang ada (dikarenakan sumber-sumber yang relatif langkah untuk pilihan-pilihan
individu). Pada akhirnya, membandingkan biaya yang dikeluarkan dan manfaat atau
keuntungan yang akan didapat (Elliot, 1990).
Dalam
lingkup mikro, penawawan tenaga kerja dicerminkan oleh jumlah waktu, yaitu
waktu yang disepakati akan diisi dengan aktivitas yang biasanya dirinci dalam
suatu kesepakatan kerja (Sudarsono, 1998). Secara lebih sederhana Layard dan
Walters (1978) menyebutkan waktu kerja sebagai jumlah barang yang dapat dibeli
dengan uang yang diperoleh dari kerja. Dengan demikian, waktu yang tersedia
akan terdiri dari waktu kerja (jumlah barang) dan waktu luang. Jumlah waktu
kerja dalam sehari adalah 16 jam dikurangi dengan waktu luang. Keputusan
individu untuk menambah atau mengurangi waktu luang dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu tingkat upah, pendapatan tidak didapat dari aktivitas bekerja, dan
faktor lainnya seperti selera atau karakteristik (Ehrenberg dan Smith, 2000).
Nilai
waktu kerja yang lebih tinggi sebagai akibat meningkatnya tingkat upah
mendorong individu mensubstitusikan waktu senggangnya untuk lebih banyak
bekerja. Penambahan waktu bekerja sebagai akibat kenaikan tingkat upah disebut
dengan efek substitusi (substitution
effect), dengan anggapan pendapatan dan faktor lain konstan, besarnya efek
substitusi ini adalah positif.
Besarnya pengaruh perubahan tingkat
upah terhadap perubahan waktu luang (dan waktu kerja) sangat tergantung pada besarnya efek pendapatan dan efek
substitusi. Peningkatan tingkat upah akan mengakibatkan peningkatan jam kerja,
apabila efek substitusi lebih dominan
dibandingkan dengan efek pendapatan. Sebaliknya, apabila efek pendapatan lebih
dominan dibandingkan dengan efek substitusi, maka individu akan berupaya untuk
mengurangi waktu kerja dan menikmati lebih banyak waktu luang. Dengan demikian
apabila efek pendapatan lebih besar dibandingkan efek substitusi maka akan
terjadi backward bending labor supply
curve.
Selain
upah, pendapatan juga berpengaruh negatif terhadap jumlah jam kerja; artinya
apabila pendapatan total meningkat akan diikuti dengan penurunan dalam jumlah
jam kerja. Di negara-negara maju dengan pendapatan per kapita penduduk yang
relatif sudah tinggi, efek pendapatan dari peningkatan upah umumnya lebih
dominan dibandingkan dengan efek
substitusi, sehingga besarnya efek total (total
effect) dari peningkatan tingkat upah yang merupakan selisih antara efek pendapatan dan efek
substitusi di negara-negara maju akan lebih kecil dari nol.
Pada tingkat pendapatan yang relatif
tinggi individu akan merasa bahwa kebutuhan hidupnya akan barang dan jasa sudah
tercukupi, sehingga mereka mengurangi waktu kerja dan menambah waktu luang
untuk mempertinggi kesejahteraannya. Sebaliknya, di negara-negara berkembang
dimana pendapatan masyarakat masih tergolong rendah, efek substitusi akan lebih
dominan dibandingkan dengan efek pendapatan. Dengan demikian peningkatan
tingkat upah akan berpengaruh positif terhadap waktu kerja dan negatif terhadap
waktu luang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar